Thursday, April 28, 2011

LAMPUNG BASIS NEGARA ISLAM INDONESIA

LAMPUNG(Pos Kota)-Organisasi Negara Islam Indonesia (NII)di Provinsi Lampung ternyata masih eksis dan tetap melakukan kegiatannya secara sembunyi-sembunyi. Ditengarai, dengan amsih eksisnya NII di Lampung, maka provinsi Lampung dijadikan basis.
Salah satu mantan aktivis NII di Lampung saat ditemui mengatakan pola perekrutan kader masih dilakukan dengan cara lama seperti di zaman pendiri DI/TII (cikal bakal NII), Kartosuwiryo. "Beberapa pola umum yang dilakukan adalah lewat usrah atau pengajian," ujar aktivis tersebut, Rabu (27/4).
Dia mengatakan, untuk pelajar dan mahasiswa, pengaderan dilakukan melalui pesantren kilat. "Jadi tidak ada kelompok tertentu, misalnya, mahasiswa saja yang dijadikan tujuan basis pengaderan. Semua orang dari semua golongan, bisa dijadikan kader. Pusat pengaderan enggak mesti kampus. Kalau ada peluang bisa masuk (pengaderan), pasti masuk," kata dia.
Dikatakan dia, perekrut NII berpenampilan apa adanya dan tidak menunjukkan ciri-ciri yang khusus. "Rata-rata mereka (perkrut,red) malah kebanyakan tidak berjenggot, klimis seperti saya. Penampilan cara berpakaian pun biasa, ka ada kita kenal tipe-tipe seperti ini biasanya memakai celana yang menggantung, tapi ini tidak,” imbuhnya.
Diungkapkannya, bahwa dirinya yang merupakan pengikut Ustaz Ajengan Masduki itu menjelaskan NII terpecah menjadi beberapa faksi, dan masing-masing mengklaim paling benar. Pola yang dijalankan setiap faksi pun berbeda. Sumber itu menyebutkan ada faksi yang membolehkan merekrut dengan cara hipnosis. Ada juga faksi yang menggunakan cara-cara keras untuk mencapai tujuannya, seperti menggunakan teror bom. "Semua faksi ada di Lampung dan semua merekrut anggota baru. Lampung ini masih basis kuat kaderisasi NII," kata dia.
Ia melanjutkan perbedaan tajam antarfaksi nyaris menimbulkan konflik. Tetapi karena faksi yang satu tidak menyerang faksi yang lain, konflik tidak sampai menimbulkan kontak fisik. "Untung saja di Indonesia, orang-orang tidak boleh bawa senjata. Kalau boleh sudah saling tembak seperti di Afghanistan. Karena semua pimpinan faksi maunya jadi bos," katanya.
Terkait dengan keberadaan semua faksi melakukan perekrutan di Lampung, sumber itu menyebutkan nama beberapa orang. "Dari sejumlah fakta, beberapa orang Lampung jadi pelaku perampokan bersenjata di Medan. Mereka direkrut orang-orang dari semua faksi," kata dia.
Menurut dia, yang paling berperan dalam perekrutan itu bukanlah organisasi dari faksi-faksi itu. "Yang melakukan perekrutan adalah orang per orang. Satu orang bawa dua atau tiga, itu sudah cukup. Tidak perlu merekrut banyak orang. Dari satu atau dua yang direkrut ini kemudian merekrut orang lain lagi. Begitu pola itu seterusnya," ujarnya.
Terkait dengan bom buku dan bom Serpong, sumber itu menyebutkan pelakunya terkait dengan NII KW-9 pimpinan Panji Gumilang yang memiliki Pondok Pesantren Al-Zaytun. "Sekarang ini ada perubahan gerakan. Tadinya gerakan NII adalah commandement stelsel. Tetapi sekarang berubah menjadi ring stelsel. Ajengan Masduki menggunakan pola ring stelsel. Sedangkan Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar masing menggunakan pola commandement stelsel," ujarnya.
Lebih jauh dia mengatakan jika perubahan itu hanya pada pola gerakan. "Kalau tujuannya tetap sama, yakni mendirikan Negara Islam Indonesia. Yang beda ijtihadnya saja," kata dia.
Di Jakarta, Polda Metro Jaya sudah memetakan kantong-kantong NII dan sebagian besar berada di pinggiran Ibu kota. Selain itu, polisi pun sudah mengetahui modus kelompok bawah itu itu. "Seluruhnya sudah termonitor oleh kami. Modus-modusnya masih sama," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman kemarin.
Akar gerakan NII saat ini, katanya, masih serupa dengan generasi terdahulu, yakni merekrut anggota baru dengan tujuan mendirikan negara baru berbasis Islam. Untuk mencapai hal itu, berbagai jurus pun dilakukan, di antaranya penipuan.
Sejauh ini, Polda Metro Jaya telah menerima laporan orang hilang sebanyak 33 kasus sejak Januari-Maret 2011, tapi Polda belum menerima laporan pengaduan korban yang diculik NII.

No comments:

Post a Comment